K.H. Miftah Maulana Habiburrahman atau yang akrab disapa Gus Miftah, mengisi kegiatan Orasi Kebangsaan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cepu, Sabtu (24/12). Orasi kebangsaan yang memiliki arti Obrolan Rasional Aktual Spiritual Intelektual Kebangsaan tersebut diadakan guna menangkal aliran radikalisme di kalangan pelajar dan memantapkan nilai ideologis Pancasila. Acara yang bertema Moderasi Beragama dan Bangsa yang Happy dan Menyenangkan ini dibuka dengan pembacaan tilawatil Al-Quran oleh Nur Rahmatika Sasmito Putri dan Inayah Dharmastuti dari kelas X-8, kemudian dilanjutkan dengan sambutan singkat dari Kepala SMA N 1 Cepu, Drs. M. Ali Rozaq, M.Pd.i . Beberapa lagu dibawakan Band Keroncong Kendo Kenceng SMA N 1 Cepu untuk memeriahkan dan mengawali acara orasi yang dikemas secara talkshow ini. Menjelang pukul 10.00 WIB, kedatangan Gus Miftah disambut dengan antusias oleh lebih 1300 audiens yang terdiri dari siswa SMA N 1 Cepu dan puluhan tamu undangan, termasuk beberapa siswa undangan yang berasal dari sekolah lain.
Gus Miftah yang dikenal sebagai seorang Pendakwah sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman Yogyakarta ini dalam pembukaan orasinya menyampaikan pentingnya rasa optimisme dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan cara memaksimalkan potensi diri serta semua peluang yang dimiliki. Sesi tanya jawab pun diberikan sebanyak dua kali dengan memberikan kesempatan beberapa siswa untuk maju dan bertemu langsung dengan Gus Miftah. Salah satu pertanyaan berasal dari siswa kelas X (Sepuluh) bernama Fajar Tholib yang menanyakan bagaimana melawan rasa overthinking remaja dengan tuntutan dan harapan tinggi orang tua. Hal ini dijawab Gus Miftah dengan berpesan,
“bahwa kewajiban kita sebagai manusia adalah berproses, hasil akhir adalah urusan Allah. Fokuslah kepada proses jangan berorientasi kepada hasil, karena manusia kewajibannya berproses dalam ikhtiar tidak wajib berhasil”.
Berbagai pertanyaan lain pun diajukan oleh siswa dan dijawab dengan lugas disertai gaya khas bercanda dari pendakwah yang dikenal berpenampilan unik ini.
Selain tentang perlunya optimisme, Gus Miftah juga menyampaikan perlunya kewaspadaan terhadap bahayanya paham radikalisme yang menyebar di sekolah. Menurutnya pintu masuk radikalisme di sekolah biasanya berawal dari kajian agama atau rohis (rohani islam) yang tidak di kontrol oleh kepala sekolah,
“Saya banyak mendapati sekolah-sekolah di kota itu masuknya radikalisme dari kegiatan keagamaan rohis, karena tidak punya dasar keilmuan”, ungkap Gus Miftah.
Sebagai penutup, di akhir acara Gus Miftah menjelaskan lima ciri-ciri orang yang berpaham radikal yang berpotensi menjadikan bangsa Indonesia terpecah belah dengan mengesampingkan perbedaan pluralisme. Ciri pertama, tidak menerima khilafiah perbedaan dengan saling menyalahkan antara satu dan yang lainnya. Kedua, tidak punya dasar keilmuan dan biasa berdalih dengan memanfaatkan petikan ayat Al-Quran atau potongan hadis terjemahan yang diputarbalikkan maknanya dan dipelintir sekenanya. Ketiga, eksklusif dalam berkelompok dan cenderung merasa kelompoknya saja yang berada di jalan yang lurus dan merasa paling benar sehingga orang yang tidak sekelompok dengan dia dikatakan salah. Keempat adalah anti Pancasila tidak mengakui Pancasila sebagai ideologi negara dengan menentang ideologi Pancasila karena dianggap salah dan tidak menerapkan syariat Islam. Kelima, adalah memusuhi orang yang beda agama.
Kegiatan orasi yang dikemas dalam bentuk diskusi interaktif ini berlangsung hampir 3 jam. Penyampaian yang santai dan penuh canda, membuat acara menjadi menarik dan mendapatkan antusiasme tinggi dari audiens. Muhammad Nabil Hakim, salah satu siswa kelas 12 mengungkapkan rasa bangganya mengikuti kegiatan Orasi Kebangsaan ini,
“Bangga dan bahagia karena Gus Miftah berkenan hadir dengan memberikan Orasi Kebangsaan di sekolah ini. Dari kajian ini saya mendapatkan pemahaman dan pencerahan untuk diri saya agar menjadi anak muda yang optimis dan penuh percaya diri dalam menentukan masa depan dengan berpegang teguh pada agama dan pancasila yang benar”,ujarnya.
Dengan adanya kesempatan diskusi ini diharapkan mampu menjaring siapapun untuk bisa bertanya dan menemukan solusi atas masalah kehidupan bersosial maupun spiritual. Hal ini diharapkan agar bangsa Indonesia mampu memberikan energi baik untuk para pelaku usaha, umat, dan anak-anak muda penerus bangsa mendapatkan wawasan kebangsaan menanggulangi sikap dan solusi dari setiap pertanyaan di dalam hidupnya dengan tema moderasi beragama.
Tampak hadir dalam acara ini Bupati Blora, Kapolres Blora, Komandan Kodim Blora, FORKOMPIMCAM Cepu, Kepala SMA dan SMK Negeri / Swasta se-Kabupaten Blora, Kepala SMP / MTs Negeri/ Swasta se-Kecamatan Cepu, perwakilan komite sekolah, perwakilan alumni, serta pihak sponsorship dan tamu undangan lainnya. Acara ini juga dikawal oleh kepolisian untuk membantu ketertiban keamanan. (Laily)
Tinggalkan Komentar