Suatu kearifan dari sejarah pertumbuhan pendidikan Bangsa menunjukkan bahwa selalu terjadi proses identifikasi demi kelangsungan hidupnya. Proses itu melalui dialog yang panjang dengan lingkungan hidup serta kebudayaannya yang merefleksi sebagai pandangan hidupnya. Berdirinya SMA Negeri 1 Cepu yang dicetuskan oleh para tokoh masyarakat dan pejabat pemerintahan di Cepu pada tanggal 1 Agustus 1966, pada hakekatnya merupakan suatu tekat yang didorong untuk ikut mencerdaskan kehidupan Bangsa ditengah-tengah kehidupan Bangsa lain.
Cita-cita yang melahirkan SMA Negeri 1 Cepu ini, merupakan keyakinan yang dalam yang tumbuh dari kondisi riil masyarakat Cepu sepanjang proses identifikasinya sebagai bagian dari Bangsa Indonesia, yang menggerakkan tekat para tokoh masyarakat dan pejabat pemerintahan di Cepu untuk mendirikan SMA Negeri yang berlokasi di Cepu.
Kota Cepu merupakan sebuah daerah eks. Kawedanan di daerah Kabupaten Blora yang sangat padat penduduknya, bila dibandingkan dengan daerah eks. Kawedanan yang lain. Disamping itu, Cepu mempunyai kelebihan dan beberapa pertimbangan dalam rangka memperkuat keberadaan sebuah SMA Negeri di Cepu pada saat itu.
Cepu merupakan sebuah kota istimewa, karena terdapat tambang minyak sejak jaman penjajahan Belanda, yang dikenal dengan nama BPM sekarang PPT Migas. Dengan adanya sumber minyak tadi, Cepu padat dengan karyawan perminyakan dalam wadah PPT Migas apalagi pada tahun 1966 berdiri pula Akademi Minyak dan Gas (AKAMIGAS) yang mahasiswanya berasal dari segala penjuru tanah air.
Di daerah Cepu dan sekitarnya pada saat itu sudah terdapat 4 SMP, yaitu SMP Negeri 1 Cepu, SMP Kristen, SMP Taman Siswa, dan SMP Negeri Padangan. Siswa-siswa SMP dari daerah-daerah kecamatan termasuk kecamatan Cepu yang ingin melanjutkan ke SMA terpaksa harus indekost di Blora, mengingat jarak antara Cepu-Blora cukup jauh.
Sebab-sebab diatad itulah yang menggerakkan tekat para tokoh masyarakat dan pejabat pemerintahan di Cepu untuk mendirikan sebuah SMA Negeri yang belokasi di kota Cepu.
Menyadari untuk mendirikan sebuah sekolah yang lengkap baik sarana maupun tenaga pengajarnya tidak mungkin diselenggarakan dalam waktu singkat, maka Panitia Pendiri SMA Negeri 1 Cepu yang terdiri dari:
Telah memilih GNI (Gedung Nasional Indonesia) sebagai gedung SMA, yang pada saat itu GNI dipakai sebagai gedung pertunjukkan ketoprak. Sedangkan pada saat ini sebagai ruang Kepala Sekolah, ruang Guru, Kantor dan Aula serta baru saja selesai direnovasi.
Sebagai langkah selanjutnya Panitia Pendiri mengadakan pembicaraan dengan Kepala SMA Negeri Blora yang pada saat itu dijabat oleh BAPAK SOEJADI DANOESOEBROTO, BA. dan telah mendapatkan kesepakatan bersama, bahwa untuk persiapan tahap pertama SMA Negeri Cepu merupakan filial (kelas jauh) SMA Negeri Blora.
Melalui perjuangan para Panitia Pendiri dan tokoh masyarakat Cepu yang bertugas di Departemen Pendidikan dan kebudayaan Jakarta antara lain BAPAK SOENOTO, maka akhirnya dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 106/SK/B/III, Tanggal 29 Juli 1966, SMA Negeri Cepu yang semula merupakan filial (kelas jauh) SMA Negeri Blora dinyatakan sebagai SMA Negeri yang berdiri sendiri dengan Nomor Sekolah (No. Sek.): 352. Demikian lintasan sejarah singkat berdirinya SMA Negeri Cepu.
Pasang-surutnya perkembangan suatu lembaga pendidikan tidak lepas dari jiwa dan semangat kerja keras para Kepala Sekolah dalam memacu dinamika kegiatan belajar-mengajar.
Dalam kurun waktu 30 tahun SMA Negeri 1 Cepu telah mengalami beberapa kali pergantian Kepala Sekolah, seiring pasang-surutnya perkembangan yang ada di SMA Negeri 1 Cepu, namun jiwa dan semangat kerja keras tetap ada pada Mereka.
Adapun para kepala Sekolah yang pernah dan sedang menentukan arah lintasan sejarah kepemimpinan di SMA Negeri 1 Cepu sejak tahun 1966 hingga sekarang adalah sebagai berikut :